Total Tayangan Halaman

Minggu, 26 Juni 2011

ENDAH_INDAH: TEKNIK MENGAJAR UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM BELAJAR MANDIRI

ENDAH_INDAH: TEKNIK MENGAJAR UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM BELAJAR MANDIRI (SELF LEARNING)

TEKNIK MENGAJAR UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM BELAJAR MANDIRI

TEKNIK MENGAJAR UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM BELAJAR MANDIRI
A. Pendahuluan
Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu (Arifin :1978). Sebagai seorang guru tentu tidak bisa terlepas dari kegiatan mengajar. Untuk dapat menyampaikan suatu meteri kepada siswa-siswanya seorang guru harus memiliki teknik-teknik mengajar yang tepat sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh siswa-siswanya.
Mengajar merupakan suatu hal yang kompleks karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian profesional; (2) komitmen dan motivasi.
Mengajar tak sekedar menyampaikan ilmu, namun bagaimana memotivasi para peserta agar bisa menyerap ilmu dan menerapkannya dilapangan. Jika seorang guru dapat memotivasi siswa-siswanya, maka secara mandiri siswa-siswanya akan melakukan kegiatan belajar. Oleh sebab itu seorang guru harus memiliki teknik-teknik mengajar yang tepat untuk dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa-siswanya dapat mengarah pada kegiatan belajar mandiri.

B. Mengajar, Motivasi Belajar, dan Belajar Mandiri
1. Pengertian Mengajar
Mengajar didefinisikan oleh Sudjana (2000) dalam http://www.kompasiana.com/channel/humaniora sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. Pasaribu (1983) juga mengungkapkan definisi mengajar sebagai suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Arifin (1978) mendefinisikan mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang meliputi menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran secara optimal.

2. Pengertian motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/ juga mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Pengertian belajar menurut Morgan dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ , mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Moh. Surya (1981), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

3. Pengertian Belajar Mandiri
Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya (http://www.gapiak.co.cc/2010/11/belajar-mandiri.html).
Hargis dan Kerlin dalam http://www.gapiak.co.cc/2010/11/belajar-mandiri.html, mendefisikan kemandirian belajar sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau serta meningkatkan proses pendalaman yang bersangkutan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik.
Menurut Martinis Yamin (2008 : 115) belajar mandiri yaitu cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap muka di kelas, kehadiran teman di sekolah, belajar mandiri merupakanbelajar dalam mengembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri, peran guru sebagai fasilitator dan konsultan.
Sedangkan menurut Haris Mudjiman (2009:7) belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar.

C. Teknik Mengajar untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar
Setelah kita mengetahui tentang mengajar, motivasi belajar, dan belajar mendiri kita dapat melihat bahwa dalam mengajar, seorang guru tidak hanya sekedar dapat menyampaikan materi kepada peserta didiknya melainkan seorang guru harus mampu memotivasi peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Tentu saja untuk dapat memotivasi peserta didik guru harus mempunyai teknik mengajar tertentu dalam upaya pengembangan motivasi belajar mandiri. Dalam Haris Mudjiman (2009:79) beberapa hal yang terkait dengan teknik mengajar, yaitu:
1. Kognisi – Motivasi Belajar – Kegiatan Belajar.
Dalam mengajar, guru perlu memahami dengan baik hubungan antara kognisi (daya pikir), motivasi belajar, dan intensitas kegiatan belajar pada diri siswanya. Dengan pemahaman ini guru dapat memilih strategi yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya. Perubahan yang terjadi pada kemampuan daya pikir akan berakibat pada perubahan dalam motivasi belajar. Perubahan motivasi belajar akan mengakibatkan perubahan dalam intensitas kegiatan belajar. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan dan kedewasaan. Perubahan lingkungan adalah perubahan dari lingkungan keluarga ke lingkungan tempat tinggal, dan dari lingkungan tempat tinggal ke lingkungan sekolah. Perubahan kedewasaan adalah perubahan daya pikir, motivasi belajar dan kegiatan belajar sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu faktor emosi juga berperan dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Perubahan kemampuan kognisi dan emosi terjadi sejalan dengan perkembangan kedewasaan.
Perubahan-perubahan kematangan kognisi dan emosi menyebabkan siswa melihat umpan balik hasil belajar -- diidentikkan dengan nilai – secara lebih obyektif. . Mereka mulai melihat bahwa umpan balik hasil belajar bukan lagi merupakan evaluasi-sosial, tetapi benar-benar evaluasi objektif. Hal ini menyebabkan mereka sangat peduli terhadap penilaian pihak-pihak luar dan mereka menjadi sangat menghargai nilai. Apabila hal ini terus berkelanjutan selama mereka belajar di sekolah tentu akan menyebabkan kebosanan dan menganggap sekolah merupakan tempat yang tidak menyenangkan. Empat jenis umpan balik hasil belajar yaitu :
a. Evaluasi sosial bertujuan memberikan umpan balik yang bersifat membesarkan hati, atau menyenangkan hati anak yang dinilai. Bila umpan balik jenis ini diterima anak dengan kognisinya yang belum matang, seringkali menyesatkan.
b. Evaluasi simbolik memberikan umpan balik berupa simbol-simbol. Misalnya anak mendapatkan bintang-kertas-mengkilap apabila dapat menyelesaikan pekerjaan matematiknya tanpa kesalahan.
c. Evaluasi ‘Objective Past performance’ merupakan evaluasi yang dapat memberikan umpan balik dengan kriteria yang lebih jelas. Anak mendapatkan gambaran yang lebih obyektif tentang kemampuannya. Meskipun sementara pihak menganggap evaluasi jenis ini hanya menilai kemampuan kognitif, tidak mengukur kemampuan-kemampuan yang lain.
d. ‘Normative feedback’ memberikan gambaran kemampuan seseorang anak dalam bandingannya dengan anak lain di kelompok/kelasnya.
Pemberian umpan balik hendaknya diberikan oleh guru secara bijaksana, selektif, wajar, dan sesegera mungkin, sehingga umpan balik yang diberikan dapat memotivasi siswa dalam belajarnya bukan sebagai hal yang tidak menyenangkan. Guru harus mengupayakan agar hasil belajar anak memuaskan sehingga anak dapat terus termotivasi untuk belajar.

2. Struktur Pembelajaran dan Motivasi Belajar.
Keadaan motivasi belajar terkait erat pula dengan stuktur pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Menurut Ames dalam Haris Mudjiman (2009:84) struktur pembelajaran yang dikenal yaitu :
a. Struktur Kompetitif : struktur pembelajaran yang lazim digunakan dalam pendidikan formal-tradisional adalah struktur kompetitif. Sistem penilaian yang digunakan dalam struktur ini mendorong siswa untuk berkompetisi dengan kawan-kawannya. Kemampuan mereka diukur dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah ‘menang atau kalah’.
b. Struktur Individual: Pembelajaran dengan struktur individual banyak dijalankan dalam sistem pendidikan nonformal atau dalam pendidikan formal-tradisional tetapi ada penugasan-penugasan individual sesuai minat masing-masing. Dalam struktur pembelajaran individual, siswa berorientasi kepada pencapaian kompetensi. Bila masih terjadi kompetisi, yang terjadi adalah kompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan kawan-kawannya.
c. Struktur Kooperatif: Struktur pembelajaran ini dapat dijalankan di kelas-kelas tradisional dalam bentuk kerja kelompok, atau di kelas-kelas pendidikan non-formal. Sikap kompetitif masih ada pada setiap kelompok, tetapi orientasi belajar utamanya adalah ke pencapaian sesuatu kompetensi atau pemecahan masalah. Dalam struktur kooperatif nilai etik dapat ditumbuhkan. Di antaranya adalah timbulnya rasa malu kalau tidak berpartisipasi dalam kerja bersama; tumbuhnya etika kerja kelompok; dan timbulnya solidaritas kelompok. Struktur pembelajaran kooperatif dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri siswa-siswa yang merasa diri berkemampuan kurang.
Dalam menerapkan struktur pembelajaran dalam pendidikan formal-tradisional, guru harus pandai memilih segi positif dari masing-masing struktur pembalajaran dan menggunakannya secara bijaksana, sehingga benar-benar dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa ke arah peningkatan motivasi.

3. Penumbuhan Motivasi Belajar
Selain dengan memilih struktur pembelajaran yang tepat, dalam pendidikan formal tradisional ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dalam http://ibnufajar75.wordpress.com/2011/02/10/metode-mengajar-guru/, disebutkan bahwa beberapa cara menumbuhkan motivasi siswa yaitu :
a. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam
Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil.
b. Jadikan siswa peserta aktif
Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa.
c. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.
d. Ciptakan suasana kelas yang kondusif
Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.
e. Berikan tugas secara proporsional
Jangan hanya berorientasi pada nilai. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar Anda secara jelas. Berikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup.
f. Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil
Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka.
g. Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya.
h. Hindari kompetisi antarpribadi
Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama.
i. Berikan Masukan
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana Anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.
j. Hargai kesuksesan dan keteladanan
Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa, akan lebih baik bila memberikan apresiasi bagi siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.
k. Antusias dalam mengajar
Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat bosan dan kurang antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di depan kelas.
l. Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa
Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila guru mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak guru.
m. Pemberian penghargaan untuk memotivasi
Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal.
n. Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.
o. Hindari penggunaan ancaman
Jangan mengancam siswa dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).
p. Hindarilah komentar buruk
Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas berkaitan dengan perilaku dan kemampuan mereka.
q. Kenali minat siswa-siswa
Siswa dalam satu kelas memiliki minat dan kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat, cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.
r. Peduli dengan siswa-siswa
Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana guru memperkrnalkan diri pada mereka. Misalnya, guru dapat menceritakan kisahnya ketika masih menjadi siswa.
Selain beberapa cara diatas, ada pula teknik motivasi yang lain -- disajikan dalam bentuk basic principles of motivation (Haris Mudjiman, 2009:88), yaitu:
a. Penggunaan alat peraga -- untuk menarik perhatian dan memperjelas;
b. Pemberian incentives, yang berupa pujian dari guru, atau timbulnya kepuasan dari dalam diri, karena pekerjaannya berhasil;
c. Penumbuhan motivasi internal, karena jenis motivasi ini memungkinkan kegiatan berlangsung lama dan intensif -- tetapi menurut sumber ini, motivasi internal harus terus menerus dijaga dengan pemberian reinforcement;
d. Penumbuhan keinginan untuk belajar, karena pembelajaran akan efektif kalau pebelajar memang sudah siap -- dan kesiapan ini didorong oleh keinginan mengetahui sesuatu;
e. Pengorganisasian bahan ajar yang baik -- selalu dikaitkan dengan bahan sebelumnya;
f. Penciptaan suasana yang tidak menekan/stressful;
g. Pemberian bantuan agar siswa memiliki tujuan belajar yang jelas, dan pemberian umpan balik agar siswa mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai;
h. Pemberian dukungan oleh kawan-kawan terhadap apa yang ia kerjakan.

4. Teknik Mengajar untuk Membangkitkan Motivasi Belajar.
Agar seorang guru dapat mengarahkan siswa-siswanya pada belajar mandiri, hendaknya seorang guru memiliki teknik atau cara mengajar misalnya dengan membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam http://tlp.excellencegateway.org.uk/tlp/xcurricula/el/assets/documents/independent_O.pdf dikemukakan tentang beberapa cara untuk menciptakan belajar mandiri yaitu :
a. Reflection Encourage your learners to think about what learning strategies work for them and what progress they are making. Provide pro formas for learners to record this.
b. Sharing ideas: Create opportunities for group and paired work, and for mutual support. Encourage learners to share stories and strategies, and seek ideas from other people in the group so that the teacher is not the only source of support.
c. Questions: Develop a learning atmosphere and exercises that encourage learners to ask questions. Use problem solving techniques rather than finding right and wrong answers to closed questions.
d. Learner voice : Learners tend to become more confident when they know that their views will be taken seriously, so provide opportunities for learners to express their needs and concerns. Help them to feel secure by establishing a clear code of conduct from the start of their learning.
e. Catch confidence : Provide a framework for recognising and recording progress and achievement. Include constructive comments from peers as well as teacher and learner feedback. Tackle the self-doubt expressed as “I’m no good at that”.
f. Create opportunities for independent learning : Do not be afraid to leave your students to tackle questions on their own or as part of a group exercise. Leave the room for a defined amount of time if that would help. Create plenty of opportunities for learners to practise their skills outside the classroom.
g. Learners centre stage : Encourage learners to demonstrate what they have learned; this helps to reinforce their learning. Ask them to explain points to others in their group. Help learners to feel safe with this level of exposure by explaining its purpose. If learners find it difficult, invite the more confident ones to share their coping strategies.
h. Support learners to develop their study skills: Build study support into your courses. Identify which literacy, language or numeracy skills learners need in order to cope with learning their subjects.
i. Progression : Encourage students to identify their goals from the start of their journey with you. Discuss with them the learning that will help them reach those goals. Find out whether they need support with developing their literacy, language, numeracy and speaking skills. Arrange Information, Advice and Guidance (IAG) support or visits to possible alternative venues for learning where appropriate.
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa untuk mendorong siswa agar mau melakukan belajar madiri yaitu melakukan refleksi dengan mendorong mereka untuk berpikir, berbagi ide dengan saling bertukar pikiran dan bekerja secara kelompok, mengembangkan pertanyaan dan mendorong siswa untuk selalu bertanya, menghargai pendapat siswa sehingga siswa merasa bahwa pendapat/suara mereka berguna, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, menciptakan peluang untuk belajar mandiri, memusatkan pembelajaran pada siswa jadi siswalah yang harus aktif dalam pembelajaran misalnya mendorong siswa untuk mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari, beri dukukungan siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar mereka, mendorong Kemajuan siswa untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan mereka dari awal perjalanan.
Menurut Haris Mudjiman (2009 : 89) teknik mengajar untuk membengkitkan motivasi belajar siswa yaitu :
a. Menumbuhkan Rasa Tahu Kegunaan Belajar (T).
Tujuan kegiatan ini adalah melatih kemampuan siswa untuk melakukan analisis cost benefit terhadap kegiatan belajar suatu mata pelajaran yaitu siswa memahami untung-rugi kalau melakukan atau tidak melakukan kegiatan belajar yang terkait dengan mata pelajaran:
1) Selalu menjelaskan dan menunjukkan relevansi mata pelajaran dengan dunia praktik dan pengembangan ilmu untuk dapat menumbuhkan minat siswa.
2) Selalu menjelaskan tujuan mata pelajaran dan pokok-pokok isinya pada saat akan mulai mengajar.
3) Minat siswa juga akan tumbuh bila guru selalu ingat, bahwa siswa akan selalu bertanya kepada diri sendiri: ‘What’s in it for me?’ (apa manfaatnya untukku?) dalam menerima setiap pelajaran.
4) Menyadarkan kerugian bila tidak memiliki kompetensi yang ‘dijanjikan’ oleh mata pelajaran.
5) Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam mempelajari mata pelajaran, dan cara mengatasinya.
6) Menjelaskan cara-cara untuk dapat lulus dalam mata pelajaran.
7) Selalu melatih berpikir dan bertanggung jawab atas pikirannya, dengan cara antara lain: menilai pekerjaan sendiri atau kawan sekelas sebelum memasukkannya kepada guru, untuk kemudian diberi nilai yang sah oleh guru.
8) Sekali-sekali memerintahkan siswa yang pintar dari kelas di atasnya untuk menjelaskan sesuatu yang terkait dengan mata pelajaran; ini dimaksudkan agar siswa mengetahui ‘seperti apa’ siswa yang berhasil dengan mata pelajarannya, dan menjadikannya sebuah ‘image’ untuk ditiru.

b. Menumbuhkan Rasa Butuh Belajar (B).
Tujuan kegiatan adalah menumbuhkan kesadaran bahwa ‘benefit’/keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan belajar akan dapat memenuhi kebutuhannya. Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:
1) Menugasi kelompok-kelompok siswa untuk mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang diberikan di sekolah terkait dengan kegunaan praktik di masyarakat, misalnya data demografi di kantor-kantor kelurahan dalam mata pelajaran Geografi Penduduk,
2) Menyisipkan dalam mata pelajaran, cuplikan-cuplikan biografi orang-orang yang berhasil, baik ilmuwan, pengusaha, maupun tokoh-tokoh yang dikenal luas oleh masyarakat.
3) Menyisipkan dalam mata pelajaran, kisah alumni-alumni dari sekolah itu yang berhasil hidupnya di masyarakat.
4) Menekankan pentingnya perencanaan hidup masa depan -- misalnya profesi apa yang ingin digeluti di masa depan – untuk menumbuhkan kebutuhan belajar.
5) Mendorong siswa untuk menemukan bakat atau potensi yang dimilikinya.

c. Menumbuhkan Rasa Mampu Belajar (M).
Tujuan kegiatan adalah menumbuhkan keyakinan kepada siswa bahwa ia memiliki kemampuan untuk belajar. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru misalnya:
1) Membiasakan siswa berpikir, bahwa to err is human -- bahwa membuat kesalahan itu manusiawi. Membuat kesalahan bukan sesuatu yang menakutkan. Kalau belum terjadi harus dicegah, tetapi kalau sudah terjadi harus diatasi.
2) Membiasakan kerja kelompok, juga dapat menumbuhkan rasa mampu, karena dapat saling menolong.
3) Menyarankan kelas membuat semboyan untuk menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri. Misalnya: ‘Aku Pasti Bisa’.
4) Membiasakan siswa mampu mengendalikan diri, misalnya dengan selalu menaati aturan-aturan yang dibuat bersama oleh murid dan guru.
5) Memanfaatkan studi lapangan untuk malatih kekuatan fisik, misalnya menyisipkan survival training guna menumbuhkan rasa percaya diri.
6) Membiasakan siswa mengidentifikasi ide-ide pokok dalam satu atau sebagian mata pelajaran, dan menggambarkan hubungan antar-ide-ide itu dengan garis/anak panah. Maksudnya untuk menunjukkan pemahaman dan penguasaan terhadap mata pelajaran.

d. Menumbuhkan Rasa Senang Belajar (S).
Rasa senang kepada kegiatan belajar banyak ditentukan oleh keberhasilan belajar pada waktu-waktu sebelumnya. Selain itu rasa senang juga ditentukan oleh hasil analisis cost-benefit perbuatan belajar, serta rasa butuh belajar dan keyakinan bahwa ia akan mampu mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu kegiatan guru yang terkait dengan T, B, M dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa senang belajar (S).
Selain itu, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk istirahat di tempat selama 1 - 2 menit setelah pelajaran berlangsung 20 menit, untuk memberikan kesempatan kepada mereka mencocokkan catatan pelajarannya dengan kawannya, atau sekadar untuk relaks.
2) Menggunakan metode mengajar bervariasi.
3) Bila memungkinkan, menggunakan audio-visual aids untuk menarik perhatian dan memberikan kegembiraan.


e. Menumbuhkan Kemampuan Belajar (Pb)
Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan kemampuan belajar siswa. Berbagai cara dapat dilakukan guru, diantaranya:
1) Melatih siswa membuat analogi; maksudnya untuk mengetes pemahaman dan memperdalam pemahaman bahan pelajaran, dengan cara membuat analogi dengan bahan lain yang sejenis.
2) Membiasakan siswa melakukan pemikiran mendalam. Bukan hanya memahami fenomena, melainkan juga memikirkan mengapa fenomena itu terjadi.
3) Membiasakan siswa membuat pertanyaan-pertanyaan setelah membaca sesuatu teks, yang jawabannya tersurat atau tersirat dalam teks.
4) Meminta siswa menceriterakan kembali, dengan bahasanya sendiri, pokok-pokok isi pelajaran yang baru saja diterimanya dari guru.
5) Meminta siswa -- dipilih secara acak atau sukarela -- menjawab pertanyaan kawannya yang diajukan kepada guru, dan meminta siswa lain untuk memberikan pendapat tentang jawaban kawannya itu.

f. Menumbuhkan Kemampuan Menilai Hasil Belajar.
Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan kemampuan menilai secara objektif hasil belajarnya sendiri, sehingga perasaan puas atau tidak puas (P) yang muncul sebagai akibat dari penilaian adalah perasaan yang tidak salah.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru antara lain:
1) Memberikan feedback secara spesifik -- tidak hanya bersifat umum -- mengenai pekerjaan siswa, sehingga siswa tahu persis bagian mana yang salah, dan tahu bagaimana cara memperbaikinya.
2) Memberikan feedback dengan segera, agar siswa tidak lelah berharap cemas tentang hasil belajarnya.
3) Memberikan negative feedback dengan bijak, sehingga siswa menerimanya sebagai informasi tentang hasil belajarnya yang kurang, bukan sebagai vonis tentang ketidakmampuannya.
4) Mendorong siswa untuk tidak melihat nilai sebagai satu-satunya hasil belajar, melainkan juga melihat pengetahuan-pengetahuan apa, atau kemampuan-kemampuan-praktis apa yang ia miliki setelah menerima pelajaran dari guru, atau dari usahanya sendiri mencari pengetahuan baru.
5) Bila memungkinkan, guru bukan hanya memberi nilai terhadap pekerjaan siswa, melainkan juga catatan-catatan singkat tentang kekuatan siswa, khususnya yang mendapatkan nilai kurang.

D. Penutup
Belajar mandiri merupakan usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Dalam upaya untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar, seorang guru harus memiliki teknik-teknik mengajar yang tepat. Yang perlu diperhatikan yaitu bahwa tugas guru dalam mengajar tidaklah hanya untuk menyampaikan informasi tatapi bagaimana guru harus bertindak sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa-siswanya, sehingga siswa-siswanya dapat belajar secara mandiri.
Dengan mengimplementasikan secara bijaksana teknik-teknik yang telah dikemukakan, diharapkan dapat menjadikan siswa lebih termotivasi dalam belajar sehingga siswa dapat melaksanakan belajar secara mandiri karena keinginannya sendiri, karena rasa ingin tahunya, karena kebutuhannya, karena rasa senangnya pada belajar, dan karena siswa mengetahui kemampuan dirinya sendiri bahwa dia mampu untuk belajar sendiri. Dengan demikian, tujuan-tujuan dari pembelajaran dapat benar-benar dikuasai siswa dan siswa dapat mengimplementasikan pembelajaran yang mereka dapatkan dalam kehidupan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Haris Mudjiman. 2009. Belajar Mandiri (Self Motivated Learning). Surakarta : UNS Press

Haris Mudjiman. PPT

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ ( 2 April 2011)

Mohammad Ali Musyaffa’. Belajar Mandiri. http://www.gapiak.co.cc/2010/11/belajar-mandiri.html ( 25 Maret 2011)

Ibnu Fajar. Metode Mengajar Guru. http://ibnufajar75.wordpress.com/2011/02/10/metode-mengajar-guru/ (10 Februari 2011)

Martinis Yamin. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press

Muhmud. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/ (25 Maret 2011)

Rovey Widianto. Definisi Belajar dan Mengajar. http://www.kompasiana.com/channel/humaniora


Quality Improvement Agency. Independent Learning and The Expert Learner. http://tlp.excellencegateway.org.uk/tlp/xcurricula/el/assets/documents/independent_O.pdf ( 25 Mei 2011)

Sabtu, 25 Juni 2011

PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED (HUBUNGAN/TERKAIT)

A. Pendahuluan
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang mengubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembelajaran terpadu model connected yang merupakan pembelajaran yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas dilakukan pada satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya dalam satu bidang studi.

B. Pembelajaran Terpadu Model Connected
Dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep dengan konsep, maka sebenarnya dapat dikaitkan secara eksplisit. Satu disiplin dapat memfokuskan sub-sub yang saling berkaitan
Pembelajaran terpadu model keterhubungan (connected model) menurut Fogarty adalah : “model focuses on making explicit connections with each subject area, connecting one topic to the next, connecting one concept to another, connecting a skill to relatied skill, connecting one day’s work to the next, or even one semester’s ideas to the next”. Pengertian tersebut menunjukkankan bahwa fokus model connected adalah pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Model pembalajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam suatu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topic dengan topic yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas ke tugas yang
berikutnya. Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.
Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang sebenarnya saling berhubungan. Sehingga akan terjadi serangkaian materi satu menjadi prasarat materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu menjadi prasarat atau berhubungan sehingga apa yang dipelajari menjadikan belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema terjadi hanya pada satu mata pelajaran.
Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus.
Secara umum proses pembelajaran sebagai suatu sistem dipengaruhi oleh tiga faktor masukan, yaitu raw input, instrumental input, dan environmental input. Demikian halnya dengan pembelajaran terpadu connected, maka sistem itu dapat digunakan. Raw input terdiri dari guru dan siswa, maksudnya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan guru tentang pembelajaran terpadu model connected maupun pengalaman mengajar guru. Selanjutnya kemampuan, sikap, minat dan motivasi merupakan faktor siswa yang akan berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Instrumental input merupakan acuan dalam pengembangan pembelajaran terpadu model connected, berdasarkan pada undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri (Kurikulum, SKL, dan SKKD) maka guru mengembangkan model pembelajaran. Dalam enviromental input, lingkungan yang berpengaruh pada kegiatan pembelajaran adalah ketersediaan sarana prasarana dan dukungan dari masyarakat baik moral maupun material (Nurrudin Hidayat, 2009:18).

Contoh:
- Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
- guru menghubungkan konsep pecahan dengan desimal, dan pecahan dengan uang, tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya



C. Kelebihan Model Connected
Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut :
1. dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
2. siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.
3. menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.


D. Kekurangan Model Connected
Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai kekurangan sebagai berikut :
1. masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
2. tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi,
3. memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.




E. Kapan Kita Menggunakan Model Connected?
Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.