Total Tayangan Halaman

Jumat, 21 Juni 2013

TERAPI PERMAINAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)




TERAPI PERMAINAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 
(ABK)

Perlu diketahui dan disadari bahwa Anak Berkebutuham Khusus (ABK) memiliki kemampuan yang tidak sama dengan anak-anak pada umumnya. Kekhusussan dari ABK terutama bagi mereka yang mengalami gangguan dalam perkembangan, cenderung mempunyai kelainan atau hambatan dalam fungsi intelektual, fisik, emosi, maupun social sehingga potensi dirinya untuk berkreativitas secara maksimal dalam hidup mengalami gangguan. Oleh sebab itu, sebagai seorang pendidik yang bergerak dalam bidang pendidikan khusus perlu memberikan fasilitas baik berupa pembelajaran ataupun terapi yang tujuannya untuk mengembangkan aspek-aspek berupa fisik, intelektual, emosi, dan social secara optimal pada diri setiap ABK sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
Kali ini, saya akan mengangkat satu tema pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dimana pembelajaran ini berupa suatu terapi yang tujuannya mengembangkan aspek-aspek fisik, intelektual, emosi, dan social pada ABK secara optimal. Terapi ini adalah terapi permainan.
Terapi permainan merupakan salah satu dari terapi psikologis dimana dalam pelaksanaannya factor ekspresi gerak menjadi titik tumpuan bagi analisis terapeutik. Terapi permaianan dapat dilakukan dengan berbagai variasi permainan dan memanfaatkan berbagai media yang menarik sehingga menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tanpa unsur paksaan serta menimbulkan motivasi diri bagi orang yang memperoleh terapi ini.
Terapi permainan bagi anak berkebtuhan khusus, terutama bagi anak dengan gangguan perkembangan harus memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Adapun tujuan dari terapi permainan antara lain :

  1. Mengembangkan aspek fisik, meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, meningkatkan ketahan otot-otot dan organ tubuh, serta pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
  2. Mengembangkan aspek emosi, meliputi kemampuan menjadi pemimpin, kemampuan menerima kekalahan, kemampuan bermain secara sportif dll.
  3. Mengembangkan aspek mental, meliputi keberanian, percaya diri, dan kemampuan mengeluarkan pendapat di dalam kelompok.
  4. Mengembangkan aspek intelektual, meliputi pengenalan angka dan huruf, kemampuan menghitung serta kemampuan menyelesaikan masalah dan komunikasi dengan anggota lain dalam permainan
  5.  Mengembangkan aspek social, meliputi  menjalin komunikasi, kerjasama, dan interaksi yang baik dan kompak dalam satu kelompok.

Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa dalam permaian labih menitik beratkan pada aspek gerak, maka sasaran Anak Berkebutuhan Khusus  (ABK) yang dapat diberikan terapi ini harus diperhatikan juga. Sasaran tersebut antara lain :

  1. Anak dengan gangguan perkembangan ringan agar memiliki kemampuan koordinasi motorik yang lebih baik, meningkatkan kemampuan persepsi, meningkatkan berkreasi, berimajinasi, dan berfantasi, agar dapat mengikuti pelajaran yang formal, serta agar dapat berprestasi.
  2. Anak dengan gangguan perkembangan sedang yaitu untuk meningkatkan koordinasi gerak, meingkatkan kemampuan motorik halus, serta meningkatkan kemapuan persepsi dan sensori motorik
  3. Anak dengan gangguan perkembangan berat dan sngat berat dengan sasaran terapi permainannya harus lebih berhati-hati, agar mereka dapat memiliki gerakan dasar (locomotor), mempergunakan persepsi gerakannya dalam kehidupan sehari-hari, ikut menikmati suasana kegembiraan dalam permainan, bersosialisasi secara maksimal dengan lingkungannya.

Sabtu, 08 Juni 2013

TERAPI PERMAINAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)



TERAPI PERMAINAN BAGI ANAK 
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Perlu diketahui dan disadari bahwa Anak Berkebutuham Khusus (ABK) memiliki kemampuan yang tidak sama dengan anak-anak pada umumnya. Kekhusussan dari ABK terutama bagi mereka yang mengalami gangguan dalam perkembangan, cenderung mempunyai kelainan atau hambatan dalam fungsi intelektual, fisik, emosi, maupun social sehingga potensi dirinya untuk berkreativitas secara maksimal dalam hidup mengalami gangguan. Oleh sebab itu, sebagai seorang pendidik yang bergerak dalam bidang pendidikan khusus perlu memberikan fasilitas baik berupa pembelajaran ataupun terapi yang tujuannya untuk mengembangkan aspek-aspek berupa fisik, intelektual, emosi, dan social secara optimal pada diri setiap ABK sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
Kali ini, saya akan mengangkat satu tema pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dimana pembelajaran ini berupa suatu terapi yang tujuannya mengembangkan aspek-aspek fisik, intelektual, emosi, dan social pada ABK secara optimal. Terapi ini adalah terapi permainan.
Terapi permainan merupakan salah satu dari terapi psikologis dimana dalam pelaksanaannya factor ekspresi gerak menjadi titik tumpuan bagi analisis terapeutik. Terapi permaianan dapat dilakukan dengan berbagai variasi permainan dan memanfaatkan berbagai media yang menarik sehingga menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tanpa unsur paksaan serta menimbulkan motivasi diri bagi orang yang memperoleh terapi ini.
Terapi permainan bagi anak berkebtuhan khusus, terutama bagi anak dengan gangguan perkembangan harus memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Adapun tujuan dari terapi permainan antara lain :
  1. Mengembangkan aspek fisik, meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, meningkatkan ketahan otot-otot dan organ tubuh, serta pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
  2. Mengembangkan aspek emosi, meliputi kemampuan menjadi pemimpin, kemampuan menerima kekalahan, kemampuan bermain secara sportif dll.
  3.  Mengembangkan aspek mental, meliputi keberanian, percaya diri, dan kemampuan mengeluarkan pendapat di dalam kelompok.
  4. Mengembangkan aspek intelektual, meliputi pengenalan angka dan huruf, kemampuan menghitung serta kemampuan menyelesaikan masalah dan komunikasi dengan anggota lain dalam permainan.
  5. Mengembangkan aspek social, meliputi  menjalin komunikasi, kerjasama, dan interaksi yang baik dan kompak dalam satu kelompok.
Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa dalam permaian labih menitik beratkan pada aspek gerak, maka sasaran Anak Berkebutuhan Khusus  (ABK) yang dapat diberikan terapi ini harus diperhaikan juga. Sasaran tersebut antara lain :
  1. Anak dengan gangguan perkembangan ringan agar memiliki kemampuan koordinasi motorik yang lebih baik, meningkatkan kemampuan persepsi, meningkatkan berkreasi, berimajinasi, dan berfantasi, agar dapat mengikuti pelajaran yang formal, serta agar dapat berprestasi.
  2. Anak dengan gangguan perkembangan sedang yaitu untuk meningkatkan koordinasi gerak, meingkatkan kemampuan motorik halus, serta meningkatkan kemapuan persepsi dan sensori motorik
  3. Anak dengan gangguan perkembangan berat dan sngat berat dengan sasaran terapi permainannya harus lebih berhati-hati, agar mereka dapat memiliki gerakan dasar (locomotor), mempergunakan persepsi gerakannya dalam kehidupan sehari-hari, ikut menikmati suasana kegembiraan dalam permainan, bersosialisasi secara maksimal dengan lingkungannya.

PENDIDIKAN LUAR BIASA / PENDIDIKAN KHUSUS



PENDIDIKAN LUAR BIASA
Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia yang sangat baik untuk mamperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari pengertian pendidikan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk  mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa dalam kehidupannya,  manusia membutuhkan pendidikan sebagai upaya untuk mengenali dirinya sendiri, mempelajari berbagai keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya serta untuk mengenali lingkungan sekitarnya, baik dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Melihat kenyataan betapa pentingnya pendidikan, maka setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi. Tidak terkecuali juga para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat disebutkan pula dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa, dimana setiap kebutuhan khusus tersebut akan menperoleh pelayanan yang sesuai dengan kemampuan, karakteristik , dan kebutuhannya.
Pendidikan luar biasa diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan khusus agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat.
Siswa berkebutuhan khusus biasa dikenal dengan istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang merupakan istilah lain untuk menggantikan kata anak luar biasa (ALB). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social sehingga mereka memerlukan pendidikan dan pelayanan khusus yang berbeda dari anak normal lainnya. ABK mempunyai karakteristik dan kebutuhan yang khas dan  berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di Indonesia, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tetlayani antara lain :
  1. Anak yang mengaami gangguan penglihatan (tunanatra)
  2. Anak yang mengalami gannguan mendengar dan berbicara (tunarungu-wicara)
  3. Anak yang mengalami gangguan perkembangan kemampuan fungsional (tunagrahita)
  4. Anak yang mengalami gangguan kondisi fisik motorik (tunadaksa)
  5. Anak yang mengalami gangguan perilaku ketidakmampuan menyesuaikan diri (tunalaras)
  6. Anak berkesulitan belajar khusus
  7. Anak dengan lambat belajar
  8. Anak dengan gangguan perilaku, perhatian dan konsentrasi (autis dan ADHD )
  9. Anak berbakat (Gifted dan tatented)

Selasa, 19 Maret 2013

ARCF (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)


MENGANALISIS BAHAN AJAR BERDASARKAN ARCF

Dalam penyususnan bahan ajar harus terdapat beberapa aspek yaitu ARCS. Berikut adalah analisis bahan ajar yang memuat ARCS. Model pembelajaran ARCS terdiri dari empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut yaitu sebagai berikut:
A.      Attention (perhatian)
Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan pikiran  dalam menghadapi siswa dalam peristiwa proses belajar mengajar di kelas. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat ”momentain” yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari.
Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.
Dalam bahan ajar  aspek attention yang dapat dihadirkan misalnya:
11.    Dengan adanya berbagai gambar berwarna yang menarik serta penggunaan kalimat yang sangat menyatu dengan pembaca. Pemberian gambar merupakan aspek rangsangan visual yang dapat menarik perhatian pembaca. Sedangkan kalimat-kalimat yang digunakan merupakan bentuk kalimat semi formal yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa yang membaca akan terbawa dalam suasana belajar yang menyenangkan.
22.      Selain itu kalimat-kalimat yang dramatic dalam mengawali suatu materi juga sangat diperlukan agar siswa lebih tertarik untuk membaca dan bertahan lama untuk mau menyelesaikan kegiatan membaca tanpa alasan bosan. Pembrian pertanyaan-pertanyaan seputar pengalaman siswa pun akan sangat membantu siswa untuk semakin tertarik dan semakin mengarahkan siswa pada materi yang  harus dikuasainya, sebab pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat menekankan pada keterlibatan siswa. Penyajian materinya pun bervariasi dengan tampilan yang berwarna dan penyajian materi yang sangat mudah untuk dimengerti oleh siswa.
33.      Dalam bahan ajar penulis perlu berusaha untuk selalu mengaktifkan siswa dengan memberikan berbagai kegiatan sederhana yang menyenangkan tetapi tak lepas dari tujuan pembelajaran. Dengan adanya banyak kegiatan merangsang siswa untuk aktif mencoba hal-hal baru dan menemukan jawaban dari tujuan pembelajaran setelah melakukan kegiatan-kegiatan yang di sarankan. Dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara langsung oleh siswa, tentu siswa akan lebih lama dalam mengingat materi yang dipelajarinya. Dengan kegiatan ini juga bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa dalam belajar dan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
44.      Dengan penyajian yang bervariasi seperti penyajian dengan menggunakan frame, chunking juga akan sangat membantu siswa dalam pemahaman serta mengingat materi-materi yang ia pelajari. 
55.      Pemberian contoh dalam  materi ini pun dipilih contoh-contoh yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Contoh-contoh diambil dari lingkungan siswa sehingga diharapkan siswa akan lebih cepat memahami materi dan lebih lama dalam mengingat materi yang dipelajari. Hal ini dikarenakan contoh dari pengalaman siswa akan lebih mudah untuk dimengerti dan diingat siswa. 

B.     Relevance (relevan)
Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Strategi untuk menunjukan relevensi dalam bahan ajar ini adalah sebagai berikut:
11.      Menyampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran ini dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Dalam bahan ajar yang penulis susun pun dijelaskan terlebih dahulu tujuan dari materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa dapat benar-benar memiliki gambaran tentang apa yang akan dipelajarinya serta manfaat materi tersebut utuk dipelajari. 
Selain tujuan yang ada di setiap awal bab, penulis juga perlu memberikan tujuan yang jelas di setiap awal kegiatan. Tujuan-tujuan yang diberikan pada awal materi maupun awal kegiatan harus memiliki relevansi dengan kegiatan yang dilakukan misalnya kegiatan tentang “membuktikan bahwa semua makhluk hidup bernapas” disana disebutkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk membuktikan bahwa semua makhluk hidup bernapas. Relevasi dari kegiatan ini yaitu siswa diminta untuk melakukan kegiatan meniup ke kaca kemudian dilihat hasilnya. Untuk pembuktian mengenai tumbuhan juga bernapas, siswa diminta untuk melakukan kegiatan menutup tumbuhan dengan plastic bening. Disini kita melihat adanya relevansi antara tujuan dan kegiatan yang dilakukan. Selain itu relevansi ini terdapat pula dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat dengan mudah mencari bahan/alat kegiatan dan mudah untuk memahami materi setelah melakukan kegiatan tersebut.
22.      Menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. misalnya, Pada bahasan tentang kebutuhan makhluk hidup akan air diberikan penjelasan bahwa air sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup. Untuk aplikasi dalam kehidupan sehari-hari penulis menyarankan kepada para siswa apabila memiliki hewan peliharaan maupun tanaman hias di rumah harus secara teratur disiram atau diberi minuman agar dapat bertumbuh dengan baik dan tidak mati. Begitu pula  tentang kebutuhan makhluk hidup akan cahaya matahari, penulis menyarankan kepada siswa agar bila menanam tanaman tanamlah pada tempat terbuka yang cukup cahaya matahari, sebab tumbuhan memerlukannya untuk memasak makanan.
33.      Memberikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa. Dalam pemberian contoh, penulis selalu berusaha untuk memberikan contoh-contoh dari lingkungan yang terdekat dengan siswa dan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya penulis sengaja memberikan visualisasi gambar salah satu jenis makhluk hidup yang sering dijumpai siswa yaitu ayam, kemudian penulis mengilustrasikan tentang kehidupan dan tingkah laku ayam tersebut mulai dari saat mencari makanan, bagaimana bila ayam tersebut bertemu dengan lawan jenisnya, sampai bagaimana ayam tersebut berkembang biak. Dengan memberikan contoh-contoh dari lingkungan sehari-harinya diharapkan siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi pelajaran.

C.    Confidence (percaya diri)
Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama ini lebih banyak dikuasai guru (teacher’s centered) dan lebih memproduk penghafal kata-kata bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak ada kemampuan “problem solving” di tengah masyarakat yang plural heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam penyususnan bahan ajar ini adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa. Dalam penyususnan bahan ajar ini penulis menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah dipahami maka penulis memberikan berbagai ilustrasi gambar yang relevan, materinya di urutkan dari materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa  merasa mengalami keberhasilan sejak awal proses pembelajaran.
2.      Dalam penyusunan kegiatan pembelajaran dilakukan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. Jadi pemberian contoh-contoh dimulai dari memberikan contoh-contoh dari kehidupan siswa atau dari hal-hal yang pernah dialami siswa. Sehingga siswa tidak akan merasa terlalu berat saat diberi sedikit demi sedikit suatu konsep baru. misalnya tentang kebutuhan akan cahaya matahari. Penulis terlebih dahulu menyebutkan kegunaan cahaya matahari untuk manusia karena setiap siswa akan merasakan kegunaan tersebut misalnya untuk mengeringkan pakaian yang basah, untuk menghangatkan tubuh kita. Setelah itu barulah penulis menyebutkan kegunaan matahari untuk tumbuhan. Disini penulis memberikan suatu konsep baru tentang fotosintesis yang membutuhkan cahaya matarari. Dengan pemberian konsep baru yang tidak langsung banyak diharapkan siswa lebih dapat memahami apa yang dipelajarinya.
3.      Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. 
4.      Menumbuhkan  kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu dikembangkan. 

D.    Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar diantaranya dengan: mengucapkan “baik”, “bagus” dan seterusnya bila peserta didik menjawab /mengajukan pertanyaan. Dalam bahan ajar ini penulis juga berusahan untuk menghadirkan pujian-pujian seperti itu agar siswa dapat benar-benar merasa puas dengan hasil belajarnya.  Ada semacam interaksi dengan siswa yaitu saan memberikan pertanyaan kepada siswa. Penulis menganggap siswa telah mengetahui konsep tersebut sehingga penulis memberikan pijian dengan jawaban “ya benar sekali”. Dengan pujian-pujian seperti ini diharapkan siswa dapat merasa senang untuk belajar.

FRAME TYPE ONE

I. PENDAHULUAN
Frame tipe 1 merupkan bentuk pembelajaran yang dikelompokkan secara strategi kognitif. Dalam strategi ini ada beberapa karakteristik yang memberikan gambar-gambar kasar besar sebagai tampilan visual. Ada beberapa informasi yang disampaikan secara intelektual dalam frame tipe 1 ini. Beberapa materi yang akan disampaikan yaitu definisi penerapan dan contoh, dan penyajian desain / penggunaan praktis dalam pembelajaran.

II. PEMBAHASAN
A. Definisi Penerapan, dan Contoh

Frame tipe 1 merupkan rancangan materi pelajaran yang diorganisasikan dan menggambarkan sebuah gagasan yang mendasar dari suatu bahan pelajaran. Frame-tipe 1 merupakan suatu struktur bahan bacaan yang menggambarkan sebuah gagasan mendasar dari suatu bahan bacaan (“gambar besar” dapat dalam bentuk matriks). Frame-tipe 1 dapat pula mempunyai makna sebagai sebuah kisi-kisi atau matriks atau kerangka dari suatu pengetahuan. Frame-tipe 1 merupakan strategi yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman atas sebuah bahan bacaan.
Frame-tipe 1 dapat mewakili struktur ilmu pengetahuan yang ada dalam pikiran penulis teks ilmiah dan dapat menciptakan suatu koherensi dalam dalam sebuah teks. Lebih lanjut, frame-tipe 1 direkomendasikan sebagai cara utama dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan beserta strukturnya sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi dan belajar daripadanya. Jadi, pembelajaran merupakan proses secara keseluruhan sehingga apabila ada pembelajaran yang tidak konsisten, maka akan cepat dilupakan oleh peserta didik. Menggunakan gambaran seperti frame tipe 1 dapat membantu kita dalam berbagai cara yaitu dapat membantu memenuhi struktur mana yang dapat dikelompokkan, memperlihatkan hubungan secara detail dan konsep secara keseluruhan dan memberikan sebuah panduan kepada peserta didik apa yang ada dalam materi pelajaran tersebut. Bagaimana pun juga frame tipe 1 merupakan suatu strategi kognitif yang digunakan untuk menyusun suatu metode pengajaran untuk individual maupun kelompok. Frame tipe 1 cocok digunakan untuk tingkat sekolah SMP, SMA, dan Universitas. Contohnya yaitu pada penerapan pembelajaran sains (biologi).
Fungsi dari Frame-tipe 1 adalah :
  1. Menampakkan sebuah struktur yang pekat-padat yang di dalamnya terdapat rincian yang terorganisasikan dengan baik yang memudahkan dalam pemahaman,
  2. Memaparkan sejumlah Materi saling berhubungan yang bermakna,
  3. Menyediakan isyarat atau petunjuk bagi siswa hal-hal terpenting dari suatu bahan pembelajaran

Frame-tipe 1 dapat mengambil bentuk matriks dua dimensi atau tiga dimensi dengan menampilkan aspek-aspek penting sebagai judul baris dan kolom. Frame-tipe 1 juga dapat mengambil bentuk: (1) tujuan , rencana, tindakan , hasil; (2) Masalah, Tindakan , Hasil; (3) Klasifikasi berdasarkan hasil observasi; (4) Interpretasi hasil observasi .
a. Bentuk frame tipe 1 matriks dua dimensi
b. Bentuk frame tipe 1 matrik 3 dimensi

Contoh penerapan pada pembelajaran sains (biologi)
1. Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dalam bentuk skema

    Gambar 1. Skeme Pengelompokan Tumbuhan Biji
2. Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dengan menampilkan gambar besar dan deskripsi

    Gambar 2. Susunan kerangka pada manusia
3. Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dengan menampilkan gambar bentuk siklus
    Gambar 3. Siklus daur hidup paku dan siklus hidup ubur-ubur
4. Perhatikan ilustrasi gambar di bawah ini dalam pembelajarn mata pelajaran biologi dengan matriks dua dimensi. Terdapat label ide pokok dari kolom dan baris yang informasi tentang hubungan seluruh ide untuk dimasukan dalam tempat yang kosong pada matriks tersebut. Informasi dapat terdiri dari kenyataan, konsep, diskripsi, penjelasan, proses dan prosedur.
Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dalam bentuk matriks dua dimensi
Gambar 4. Perbedaan antara eritrosit, leukosit dan trombosit

5. Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dalam bentuk studi laboratorium
    Gambar 5. Prosedur/ proses kegiatan untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum
6. Contoh pembelajaran dengan Frame-tipe 1 dalam bentuk proses
     Gambar 6. Proses terjadinya hujan asam


B. Penyajian Desain / Penggunaan Praktis Dalam Pembelajaran
Kondisi yang tepat untuk menggunakan frame- tipe 1
1. Tepat untuk tugas-tugas yang bersifat integratif (bersifat holistik, informasi dengan jumlah relatif besar). Dengan Integrative/menggabungkan dapat membantu agar tugas-tugas pembelajaran yang sebagian besar bersifat holistic/menyeluruh atau membantu intelektual mengelola jumlah informasi yang relatif besar.
2. Tepat untuk jenis ilmu pengetahuan: deklaratif (informasi verbal: fakta, konsep, generalisasi); prosedural (keterampilan intelektual: pembedaan konsep, hukum, & hukum-hukum tingkat tinggi;
3. Tepat untuk ilmu pengetahuan dengan struktur sedang/menengah dan dalam konten chunking pada strategi serbaguna dan untuk kondisi strategi lainnya.

C. Bagaimana menyusun frame tipe 1?

  1. Langkah pertama yaitu melihat materi-meteri dalam pembelajaran untuk menemukan ide pokok, konsep dan prinsip.
  2. Langkah kedua, merancang dari materi pelajaran, materi tersebut harus ditulis dan dan diatur mengikuti frame dan strukturnya. Jika penulis materi mengikuti kerangka tersebut dalam cara-cara horizontal (baris) dan vertical (kolom) dapat menjadi hal yang utama.
  3. Langkah ketiga, adalah memutuskan apakah bahan tersebut perlu menggunakan matrik atau tidak
  4. Langkah keempat adalah menggambarkan kerangka dan menamai atau melabeli kolom dan baris tersebut.


D. Kapan Seharusnya Frame Tersebut Digunakan?
Frame membantu para pebelajar dalam proses pembelajaran pada awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran (selama pengulangan). Dalam frame dikembangkan selama pembelajaran tersebut dan dapat digunakan untuk belajar dan pengulangan.
Para siswa dapat belajar untuk membuat frame. Frame tersebut dapat merupakan suatu variasi dalam pelajaran sejarah, ilmu sosial, kedokteran dan biologi.
Kita perlu mempelajari bermacam-macam strategi kognitif tidak hanya karena semua strategi sesuai bagi semua isi, tapi juga karena para siswa perlu untuk mempelajari semua strategi untuk menjadi kecerdasan metakognitif. Strategi yang sesuai untuk karakter materi, termasuk struktur, mungkin dapat menghindarkan rasa bosan karena strategi yang lain mungkin akan lebih sesuai sebagai satu materi yang baru. Guru perlu memberikan pembelajaran yang meliputi latihan-latihan. Tujuan penting adalah kecanggihan metakognitif
Frame tersebut dapat membantuan bagi kelompok diskusi, baik dalam penyusunan frame tersebut dan melengkapi frame. Frame dapat memberikan penekanan pada penciptaan ide dan evaluasi baik secara individu maupun kelompok. Untuk penulisan, frame tersedia untuk membantu beberapa keperluan penulis baru. Para guru saat ini menggunakan frame cerita sebagai satu bantuan untuk pengajaran menulis. Pembuatan frame mempermudah dalam penulisan.

D. Hibridisasi
Frame-tipe 1 dapat dikombinasikan dengan strategi yang lainnya. Siswa dapat menggunakan frame sebagai perbandingan, khususnya jika materi tersebut meliputi frame yang cukup konkret. Ketika dalam pembelajaran materi tersebut tidak dapat dibandingkan, para siswa mungkin akan menggunakan hafalan.
Frame-tipe 1 direkomendasikan sebagai cara utama dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan beserta strukturnya sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi dan belajar.


III. PENUTUP
Frame-tipe 1 merupakan suatu struktur bahan bacaan yang menggambarkan sebuah gagasan mendasar dari suatu bahan bacaan (“gambar besar” dapat dalam bentuk matriks). Frame-tipe 1 dapat pula mempunyai makna sebagai sebuah kisi-kisi atau matriks atau kerangka dari suatu pengetahuan.
Frame-tipe 1 merupakan strategi yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman atas sebuah bahan bacaan. Frame-tipe 1 dapat mewakili struktur ilmu pengetahuan yang ada dalam pikiran penulis teks ilmiah dan dapat menciptakan suatu koherensi dalam dalam sebuah teks. Lebih lanjut, frame-tipe 1 direkomendasikan sebagai cara utama dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan beserta strukturnya sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi dan belajar daripadanya.